Mengenal lebih dekat Sekolah Jurnalistik dan Multimedia

I. ABSTRAK

KEHIDUPAN manusia tak lepas dari sarana komunikasi, karena pada hakekatnya komunikasi merupakan dasar eksistensi suatu masyarakat. Tak dapat dipungkiri bahwa selain kekuatan ekonomi dan politik, kekuatan media komunikasi menentukan pula struktur pada masyarakat tersebut. Pada perkembangannya, masyarakat yang semakin kritis dan cerdas membutuhkan suatu sarana informasi yang rinci dan terbuka. Hal ini sebagai jembatan untuk memberikan jawaban terhadap berbagai permasalahan dan perkembangan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di Indonesia, termasuk fenomena masyarakat kita.

Mengabai kan informasi berarti mengabaikan kehidupan. Meraih informasi merupakan sebuah keniscayaan untuk mereka yang ingin mengimbangi lingkungan strategis yang kian dinamis. Dan kami mengakui bahwa dalam menekuni dunia jurnalistik dan multimedia memang tidak gampang, namun bukan berarti tidak ada kesempatan untuk meraih suatu kesuksesan.

Kalau pun banyak media massa atau mediacyber yang tidak berumur panjang lantaran banyak hal menjadi penyebab, diantaranya visi & misi yang kurang jelas, atau karena pola pengelolaan tidak profesional, atau faktor eksternal lainnya. Maka, pendirian Sekolah Jurnalistik & Multimedia (School of Journalism and Multimedia-SJM) yang pertama kali diadakan di Indonesia ini mengkombinasikan multi disiplin kompetensi untuk menghasilkan sesuatu karya industri kreatif dan sebagai upaya mencoba menjawab tantangan tersebut.

Kini, orientasi pembelajaran life skills menjadi dimensi penting proses pendidikan di Indonesia. Pembelajaran life skills ialah proses pendidikan yang melatih individu-belajar agar memiliki kapasitas sosial tanpa jenjang pendidikan yang berkelanjutan.

Studi ini mengusulkan wacana life skills bagi pendidikan jurnalistik dan multimedia yang selama ini proses pembelajarannya dikritik. Jika pelatihan jurnalistik dan multimedia dilakukan sejak usia dibangku sekolah, akan membukakan cakrawala baru dan dapat memahami jurnalistik dan multimedia.

Orientasi pembelajaran life skills yang SJM kembangkan, dengan mengkondisikan proses belajar aktif hingga peserta didik atau komunitas memiliki knowledge dan skills (pengetahuan dan ketrampilan) tertentu serta potensi bagi pengembangan skills lebih lanjut.

Kompetensi jurnalistik dan multimedia dirujuk sebagai materi pembelajaran. Model pembelajaran life skills bagi peserta didik amat bermanfaat bagi masa depan mereka yang tidak hanya menggeluti bidang jurnalistik dan multimedia tapi juga bidang-bidang cabang terusan lainnya.

II. PENDAHULUAN

Sekolah Jurnalistik & Multimedia (School of Journalism and Multimedia-SJM) yang telah diremikan tanggal 15 Februari 2010 di Jakarta oleh Dr. Ekodjatmiko Sukarso, Direktur PSLB, Kementerian Pendidikan Nasional ini dirancang untuk mempersiapkan siswa untuk praktek di bidang multi disiplin kompetensi untuk menjadi seorang profesional yang dapat bersaing di lingkungan globalisasi. Hal ini seiring untuk menunjang program pemerintah dalam menggalakkan industri ekonomi kreatif, mengurangi jumlah pengangguran, mendukung pendidikan inklusif dan program education for all.

Program bidang kompetensi ini diselenggarakan bagi anak-anak putus sekolah, anak penyandang ketunaan, lulusan SMA sederajat, bahkan lulusan sarjana hingga pegawai dan tenaga lepas yang ingin memperdalam kompetensi di bidang jurnalistik dan multimedia.

Bidang kompetensi yang saat ini SJM selenggarakan diantaranya jurnalistik, fotografi, videografi, desain grafis,  web development, dan bisnis/marketing-periklanan sebagai bagian dari aplikasikan kompetensinya sub bidang industri kreatif.

Dalam tren media informasi saat ini sudah mengarah ke media yang komprehensif. Artinya selain informasi itu mesti cepat dan akurat, media penyampainya juga diperkaya oleh unsur-unsur pendukung. Hal ini agar informasi dalam suatu media itu cukup lengkap seperti  foto, video, animasi, sentuhan dijital imaging dan lain sebagainya.

Dasarnya mengacu kepada Industri Kreatif. Evolusi industri kreatif ini muncul dari pergeseran era pertanian ke era industrialisasi, disusul oleh era informasi disertai banyak penemuan baru di bidang teknologi informasi serta globalisasi ekonomi.

Ada 14 industri yang diidentifikasi sebagai industri kreatif: (1) arsitektur, (2) desain, (3) kerajinan, (4) layanan komputer dan peranti lunak, (5) mode, (6) musik, (7) pasar seni dan barang antik, (8) penerbitan dan percetakan, (9) periklanan, (10) permainan interaktif, (11) riset dan pengembangan, (12) seni pertunjukan, (13) televisi dan radio, serta (14) video, film, dan fotografi.

Dari 14 bidang industri berbasis kreatifitas, SJM mencoba menjadi salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan berkompetensi. Selain itu untuk membantu minat dan mengapresiasikan calon-calon peserta didik di multi disiplin bidang jurnalistik & multimedia.

Rata-rata jumlah tenaga kerja yang diserap oleh 14 industri kreatif periode 2002-2006 relatif besar yaitu mencapai 5,4 juta pekerja, atau 5,79% dari total tenaga kerja di Indonesia. Ini data resmi dari Departemen Perdagangan, sementara data non formal jumlah yang terserap bisa mencapai 20-30 persen, karena mereka menyebar tanpa ikatan dengan pihak institusi/ perusahaan, atau biasa disebut pekerja kreatif/ freelance.

Hal itu karena, seorang yang menekuni bidang ini jarang mencari kerjaan. Dan biasanya mereka menciptakan pekerjaan, bahkan karyanya dicari orang untuk menjalin kerja sama atau bekerja pada orang tersebut.

Fondasi utamanya adalah diri seorang pekerja kreatif dapat dipercaya dan menghasilkan karya yang disukai oleh pihak lain. Dan kita tahu di DKI Jakarta ini dan di kota-kota besar lainnya tidak ada sumber daya alam yang bisa diunggulkan, sehingga SDM-lah yang menjadi ujung tombak penghasil produksi.

Oleh karena itu, pengajaran pada SJM, baik jurnalistik maupun multimedia akan selalu berkesinambungan. Materi-materi multimedia yang dipelajari merupakan konsep dan metode praktis. Hal ini untuk menjawab kebutuhan tren terkini. Sehingga setiap peserta akan selalu mengetahui dan dapat mengaplikasikan teknologi maupun perangkat lunak yang sedang tren.

Hal ini menjadi sasaran lulusan kami, karena berdasarkan pengamatan, masih banyak personal, lembaga maupun perusahaan yang kurang memanfaatkan media cyber (website, blog, email, milis, facebook, twiter, dll) sebagai media informasi publik.

Celakanya, walaupun aktual namun masih banyak dari media cyber mereka yang kurang memperhatikan kaidah-kaidah menulis, etika menulis, serta estetika menulis. Bahkan isinya tidak menjadi menarik dan tidak menjadi penting bagi pembacanya, seperti berisi keluh-kesah atau point-point yang tidak dimengerti pembaca.

Dan kami mengakui bahwa dalam menekuni dunia jurnalistik dan multimedia memang tidak gampang, namun bukan berarti tidak ada kesempatan untuk meraih suatu kesuksesan. Maka, pendirian Sekolah Jurnalistik & Multimedia (School of Journalism and Multimedia) ini sebagai upaya mencoba menjawab tantangan tersebut.

III. VISI, MISI dan TUJUAN SJM

Visi Sekolah Jurnalistik & Multimedia :

1. Berjiwa Pancasila dan berlandaskan pada (Amandemen) UUD 45.
2. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Berorientasi pada pembangunan industri kreatif.
4. Memajukan kesejahteraan dan kemandirian.
5. Berkepribadian Indonesia, serta terbina watak dan jati diri bangsa.
6. Meningkatkan literasi masyarakat dan profesionalisme SDM di bidang komunikasi dan informatika dalam rangka mengatasi kesenjangan digital dan meningkatkan daya saing.

Misi Sekolah Jurnalistik & Multimedia :

1. Menciptakan kader-kader penulis dan insan kreatif yang bermanfaat bagi dirinya dan lembaganya, sehingga mampu mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
2. Meningkatkan gairah menulis, inovasi dan kreatifitas.
3. Mentransformasi kreativitas menjadi produk bernilai ekonomi.
4. Membangun kerjasama produktif dengan pihak lain di segala bidang untuk kemajuan bersama.
5. Peningkatan nilai tambah hasil eksploitasi kekayaan intelektual berupa kreativitas, keahlian, dan bakat individu menjadi produk industri kreatif.
6. Memberikan kontribusi berarti pada pertumbuhan ekonomi bangsa.

Tujuan jangka pendek bagi peserta :

  1. Menambah pengetahuan jurnalistik dan multimedia yang mampu mengaplikasikan ketrampilan tulis-menulis dan ICT/ multimedia.
  2. Berpikir sesuai dengan logika.
  3. Meningkatkan kreatifitas berpikir dan penuh inovasi.

Untuk tujuan jangka menengah bagi peserta yaitu :

  1. Menjadi kritis untuk dirinya dan lingkungannya sendiri.
  2. Menumbuhkan kemandirian dan bersikap.
  3. Toleransi dan mampu bekerja sama dengan orang lain.

Sedangkan tujuan jangka panjang bagi peserta yang antara lain :

  1. Mengerjakan sesuatu yang benar bagi diri sendiri ketika di dalam kelompok.
  2. Mencoba memahami betul sebelum membuat komitmen.
  3. Mengontrol tindakan diri berdasarkan tujuan/masa depan.
  4. Mengetahui arti sebuah pekerjaan yang baik.
  5. Mengetahui persyaratan dan kesempatan untuk bekerja.
  6. Mampu menjalani karir kerja yang dipilihnya.
  7. Tahu posisi tawar dari pekerjaanya.
  8. Memiliki daya saing pasar industri & pasar kerja.

V. PESERTA DIDIK

Sementara peserta didik SJM merupakan lulusan SMA/SMK/MA atau sederajat, lulusan akademi, lulusan sarjana hingga pasca sarjana. Kemudian, kami membuka pula kelas-kelas bagi siswa SD-SMP atau sederajat, anak-anak berkebutuhan khusus (ketunaan dan putus sekolah/ marjinal), pegawai/ wiraswastawan, pensiunan dll.

Konsep SJM ini merupakan yang pertama kali di Indonesia, sekaligus mengadopsi konsep pendidikan inklusif, yaitu sekolah yang bukan saja menampung anak-anak normal namun juga dapat menampung anak-anak berkebutuhan khusus (ABK)

VI. MATERI JURNALISTIK

Pengajaran jurnalistik membutuhkan kiat, petunjuk, strategi bagaimana memahami dan mengingat fakta-fakta yang terjadi di dalam peristiwa masyarakat. Peristiwa kemasyarakatan memberikan banyak dimensi dan unsur yang perlu dicatat, dijelaskan, dan dilaporkan secara sederhana.

Kesederhanaan pelaporan peristiwa tidak berarti meniadakan kompleksitas persoalan realitas yang kini semakin rumit, terkait dengan banyak faktor penyebab. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman peserta didik jurnalistik yang mampu menangkap berbagai dimensi persoalan.

Siswa memerlukan proses pembelajaran yang hasil akhirnya memiliki beberapa aspek kompetensi, yaitu pemahaman dan keterampilan tentang penulisan, performa vokal (oral performance), riset dan investigatif, dan pengetahuan dasar jurnalisme. Selain itu pemahaman tentang etika, legal/ peraturan, dan karir jurnalistik.

Disamping itu perserta didik perlu juga memahami peraturan perundang-undangan, dan kode etik pers Indonesia, agar tidak terjebak dalam konflik suatu tulisan.

VII. MATERI MULTIMEDIA

Multimedia adalah sarana yang berkaitan dengan  integrasi yang dikendalikan melalui komputer berupa teks, grafik, gambar, masih dan bergerak imaging (video), animasi, audio, dan media lain di mana setiap jenis informasi dapat direpresentasikan, disimpan, dipancarkan dan diproses secara digital.

Baik pengajaran jurnalistik maupun multimedia akan selalu berkesinambungan. Materi-materi multimedia yang dipelajari merupakan konsep dan metode praktis. Hal ini untuk menjawab kebutuhan tren terkini. Sehingga setiap peserta akan selalu mengetahui dan dapat mengaplikasikan teknologi maupun perangkat lunak yang sedang tren. Bidang-bidang multimedia yang dipelajari diantaranya:

  • fotografi,
  • video syuting,
  • video editing,
  • robotik,
  • desain grafis dan animasi,
  • web development, serta
  • bisnis ICT dan advertising.

VIII. SARANA dan FASILITAS PENUNJANG

SJM berlokasi di Komplek Perkantoran Mitra Matraman, Jakarta Timur dengan gedung tiga lantai, memiliki staf dan tenaga pengajar yang berpengalaman dan profesional dibidangnya, serta memiliki sarana penunjang pendidikan dan pelatihan berupa ruangan presentasi dan ruangan praktik berikut alat peraga.

VIII. PENUTUP

Proses belajar jurnalistik dan multimedia kepada peserta didik akan membangun pemaparan yang interaksional dan inspiratif, serta hubungan-hubungan yang mencerahkan wacana mereka.

Mental set peserta didik diarahkan ke dalam bentuk yang tidak hanya memfotokopi materi-materi pengajaran, melainkan lebih ditujukan kepada pembentukan life skills dan mental set yang terbuka terhadap psikologis peserta didik itu sendiri.

Di dalam pelatihan, peserta didik disimulasikan ke dalam model pembelajaran aplikatif dari kegiatan-kegiatan yang sedang dibutuhkan oleh pasar kerja dan klien. Sehingga mereka mampu mandiri dan memiliki posisi tawar di dunia kerja lewat kompetensinya yang dipelajari dan dilatih pada Sekolah Jurnalistik & Multimedia ini.

Pendidikan di SJM dilaksanakan secara berkala/periodik dan komprehensif selama 4-6 bulan yaitu mulai dari teori, praktik, magang, portfolio dan pameran/presentasi hasil-hasil belajar. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan secara berkala/periodik ini akan dibuka untuk umum (berbakat/cerdas istimewa) dan anak berkebutuhan khusus mulai bulan Juni 2010. Hal ini untuk mendukung program pemerintah yaitu sebagai wadah kelas/sekolah inklusif atau Pendidikan Layanan Khusus (PLK).

Mereka yang telah mengenyam pendidikan pada Sekolah Jurnalistik & Multimedia (School of Journalism and Multimedia), terutama yang memiliki kompetensi dapat menjadi seorang jurnalis, penulis media massa, penulis buku, fotografer, videografer, olah gambar digital, operator editing video, pendisain grafis, master web, perancang media, script writer, kameramen, operator televisi, produser televisi, dan lain sebagainya.***

Tinggalkan komentar